[Fanfiction] EXO Family (flashback)

Judul Tambahan: 10 tahun sebelumnya

Rating: Bimbingan orang Tua

Genre: Absurd

 

Sabtu, 12 Desember2003

 

 

 

Aku duduk dengan gresak-gresuk sendiri, ragu dan bimbang bercampur aduk di pikiran. Senang juga ada sih. Yah, ini adalah hari pernikahanku dengan seorang wanita yang kupilih. Wanita yang akan menemaninku pada masa depan.

 

“Suho-a, kau baik-baik saja ‘kan?” Seorang wanita yang merupakan kakakku masuk ke kamar hias. Kakakku bernama Lay, dia sudah menikah pada tahun sebelumnya dengan seorang pria keturunan China-Canada. Sekarang dia menatapku bingung karena diriku bengong kayak sapi di depan cermin sebuah kamar.

 

“Ani… tidak kok. A…aku…” Aduh Suho! Kenapa lo jadi gagap begini? Bilang saja kalau aku lagi grogi saat menuju akad nikah(?).

 

“Kau grogi kan? Tenang, sebelumnya aku juga pernah rasain hal yang sama.” Dari belakang Lay, kakak ipar ku bernama Kris menenangkan hati , dia juga membawa sebuah kereta bayi yang isinya merupakan anak pertama mereka. Kalau gak salah namanya ialah Chen. Lahir pada September lalu jadi usianya baru 3 bulan.

 

“Aku rasanya belum siap saja. Apalagi seumur-umur aku belum punya pacar.” Aku menyetujui omongan Kris tadi, memang kalau cowok yang masa remajanya jomblo pasti bakalan dag-dig-dug saat hari bahagianya.

 

“Tenang, kita semua bakalan membuat kau dan pasanganmu bakal bahagia sampai maut menjemputmu.” Bapakku bernama Xiumin yang daritadi mencari dasi yang cocok membuatku juga ikut menenangkan ku. Akhirnya aku bisa bernafas lega dan tersenyum. Percaya diriku mulai terangkat berkat dukungan dari keluarga sangat kusayangin. “Ne, gomawo…”

 

“Baiklah, aku mau ke kamar hias cewek. Aku bakalan ngobrol bersama calon adik ipar ku dulu. Bye…” Goda Lay sambil membawa kereta bayi ya dari genggaman Kris. Sesuai yang tadi ia bilang bahwa dia akan ke kamar pengantin wanita. Kris tidak mengikutin Lay, jelas lah masa ada cowok masuk ke kamar hias cewek?

 

“Ayah,,, ibu mana ya?” Aku menatap ayahku yang sekarang lagi bersemangat membersihkan jas-ku berdebu serta terdapat sarang laba-labanya. Siapa sih yang nikah sebenarnya? Xiumin menatapku syahdu sembari mengeluarkan senyuman lebarnya. “Di kamar calon mantu. Biasalah obrolan para mertua.” Aku melongo, sedetik kemudian aku dan Kris cekikikan sendiri. “Dasar, ibu-ibu gosip…” Ejek Kris, aku dan dia langsung ber-tos-ria.

 

“Ayolah, cepat lah kau ganti bajumu dan gunakan jasmu! Kemudian kau pakai gel rambut. Ingat sejam lagi kau dan istrimu bakalan ke panggung pernikahan.” Kesal ayahku sambil memutarkan kedua matanya. Jujur, aku baru saja menggunakan baju kaos oblong yang digunakan sebagai baju dalaman, menata rambutku dan terakhir menggunakan krim wajah. Oh nggak deh, aku juga baru selesai latihan ekspresi  wajah biar gak kelihatan ancur pas di depan tamu. Batinku, plin-plan.

 

+++++++

 

“Annyeong haseyo…. ^__^!!!!”  Salam Lay sopan (Sopan? Teriak 10 oktaf gitu…) kepada para penghuni kamar hias wanita. Ada calon mempeLAY, ibunya dan ibuku yang lagi bisik-bisik-tetangga.

“Eh, Lay. Ayo silahkan masuk…” Ibuku bernama Luhan menawarkan aku masuk ke dalam kamar, dia sekarang sedang duduk diatas ranjang. Lay akhirnya masuk sembari mendorong kereta bayi.

 

“Kyungsoo-a mana, mom? Kok dia gak ada disini sih?” Aku memutarkan kepalaku untuk melihat sudut-sudut ruangan, mencari seseorang yang bakalan menjadi adik iparku. “Dia sekarang ada di kamar ganti. Biasa mau pakai gaun.” Ibuku menjawab pertanyaanku, sejurus kemudian ia menggenggong bayiku dari kereta. “Oh, sudah siap nih ceritanya…” Aku hanya bisa tersenyum (walau kelihatannya ingin mencoba nahan tawa). Sekarang di otakku sedang melakukan flashback yang dimana saat itu aku menggunakan gaun pernikahan.

 

Flashback:

 

“Eommaa…”

 

“Kenapa Lay?  Wajahmu kok pucat banget sih….” Ibuku memegang jidatku untuk memastikan aku tidak sakit. “Tidak, aku tidak sakit kok…” Aku menipis tangan ibuku dan menenangkanya.

 

“Namun,?” Luhan hanya mengeryitkan jidat saja sambil menatapku secara penasaran. Aku kemudian memutarkan badanku ke arah cermin hias yang terdapat di sisi ruangan. “Eomma, kira-kira aku terlihat gemuk nggak sih pakai gaun pernikahan kayak gini?”

 

Luhan hanya terdiam dan menatapku kosong, beberapa detik kemudian ia mengembangkan smirk manisnya yang membuat feelingku tak karuan. “Heheh… Kau terlihat manis Yi Xing-a…”

“Yah, eomma. Jangan manggil aku sebutan Yixing dong. Nama itu hanya berlaku di China doang…” Aku hanya bisa mengembungkan pipiku seperti ikan kembung. Luhan hanya cekikikan saja melihat ekspresi wajahku yang sebetulnya kasihan juga sih.

 

“Ibu lebih suka memanggilmu seperti itu…” Luhan menepuk pundakku pelan, sekarang ia menghentikan pembicaraannya, entah mungkin mau mencari kata-kata yang tepat biar tak terjadi salah paham. “Sebab ibu sendiri juga berasal dari China. Kebetulan saja ketemu dengan bapakmu yang ternyata asli orang Korea. Coba saja kalau ibu nikah sama dengan orang China, pasti kau dipanggil Yixing…” Ucap panjang lebar kali tinggi dari mulut kecil Luhan. Aku hanya mengangguk saja. Memang benar kok kalau ibuku yang asli dari China menikah dengan orang Korea.

 

“Ibu… Aku masih ragu harus menggunakan tampilan ini dihadapan para tamu undangan. Apalagi diantarnya pasti keluarga-kerabat Kris…” Aku masih minder dengan baju pengantin terusan sampai diatas lutut, berwarna putih serta tataan rambut yang lumayan terlihat elegan. Tak berselang lama, Luhan menutup mulutku dengan jari telunjuknya sambil berkata “Jangan banyak basa-basi lagi…”

Aku kembali mengangguk.

 

*Lay: Anjir…. Kenapa gue jadi tokoh jadi-jadian gini sih?!”*

 

At 10.30 p.m

 

“Kau kenapa?Masih takut denganku?” Goda Kris yang ada disamping ku, aku Cuma menghela nafas saja. “Bukan itu. Tapi….” Aku menunggak ludah. Jujur aku memang grogi bila aku sendirian di kamar bersama seorang laki-laki kalau bukan Ayahku dan adikku, Suho.

“Hmmm…” Kris tetap kekeuh untuk mendengarkan aku bicara yang justru bikin mentalku jadi Down.

 

“MAAF KRIS. UNTUK MALAM INI AKU MAU TIDUR DENGAN IBUKU DULU.”

 

Aku yang tadi duduk di atas ranjang beranjak berdiri tegap, sejurus kemudian berlari meninggalkannya yang duduk terbengong di kamar. Tapi Kris masih bisa memaklumin apa yang kurasa.

 

Secepat cahaya badai petir gunung meledakmembahana(Woy) Lay berlari ke kamar ibunya. Sebelum aku menikah, ayahku membuat perjanjian pada Kris bila kalau aku akan menikah dengannya, aku tidak boleh dibawa pergi dari mereka. Aku harus tetap tinggal di sini. Maklum biasanya anak perempuan sering digituin dengan ayahnya. Kris pun menyetujuinya. Sebelum ia melamarku, doski sudah mempersiapkan rumah untuk keluarganya nanti. Tetapi karena ayahku melarangku keluar dari rumah ini, terpaksalah rumah itu dikontrakkan. Coz, rumah kedua orang tua ku sangatlah luas, mampu menampung puluhan orang. Jadi tak apalah tinggal disini.

 

Langkah ku terhenti saat aku melihat ibu sedang duduk di kursi taman yang ada halaman belakang. Aku yang awalnya ke kamar ibuku mengurungkan niat dan melangkah ke halaman belakang. Aku membukakan pintu kaca yang di dorong ke samping, berjalan ringan dan akhirnya aku ada di belakangnya. “Eomma…”

 

Luhan sedikit terbelalak mendengar suara anak gadisnya, tak pake lama Luhan memutarkan badannya dan melihatku yang sedang menggunakan pakaian tidur plus muka kusut. “Lay… Kau belum tidur..?.” Itulah respon yang dikeluarkan oleh mulutnya, aku hanya menggeleng. Ia langsung memberiku tempat untuk duduk, aku menurutinya.

 

“Kau…, baiklah… ibu sudah paham…” Ibuku ternyata sedang menjahit sebuah baju yang gak tau buat siapa. “Ibu, itu apa?” Tanya ku sembari menunjuk sebuah objek. “Ini? Oh, ibu sedang menjahit baju…” Balasnya.

 

“Baju? Kok kecil amat… Ini sih namanya baju bayi. Heheh..” Aku hanya cengengesan saja. Luhan menggelengkan kepalanya. “Iya, ini adalah baju untuk anakmu?”

“Hah?! Jinjaa…. Anakku?” Aku membulatkan kedua mataku, tak percaya apa yang tadiku dengar. “Iya. Untuk anakmu. Eomma tak sabar menunggu untuk menggenggong cucu pertama.” Luhan mengangkat kepalanya ke arah langit malam yang cerah. Ternyata ada bulan purnama.

 

“Eomma… Menurut mama, bila aku punya anak cowok, cocoknya  siapa namanya?” Tanyaku tiba-tiba. Tentu saja membuat ibuku bingung. Aku pun yang ngomong juga nyangka kalau bakalan keceplosan kayak gini. Tapi ibuku menatap bulan purnama dengan syahdu sembari berkata…

 

“Kim Jong Dae.”

 

“Hah?!” Sehubung tadi ada suara Truk semen random numpang lewat ke rumah kami, jadi suara ibuku kagak kedengeran.

 

“Kim Jong Dae… Kalau nama Chinna ya berubah jadi Chen…” Luhan kembali mengulang omongannya yang tak kedengaran. Aku hanya menatap ibuku dengan wajah bingung “Jong Dae?”

 

“Benar, kebetulan ibu ngefans banget dengan Jong Hyun dari grup SHINee. Jadi ibu berharap kalau cucu pertama ibu bisa secakep dia dan memiliki suara emas…”

 

*Jonghyun: Perasaan gue daritadi diem-diem saja deh. Kenapa tiba-tiba nama gue muncul disini? \Jonghyun berdiri di samping Author yang lagi baca narasi/*

*Author: Ssstt! Lah, lo sendiri kenapa nongol begini kayak sodako?*

*Jonghyun: Pengen liat aja gitu drama dari junior gue*

 

*Lanjut….

 

Setelah Jonghyun pergi dari samping narator yang notabane adalah author sendiri, Lay pun mulai kembali aktingnya yang sempat tertunda. Eheum, balik lagi ke jalan cerita. Ya, itu alasannya kenapa Luhan memberi nama pada cucunya yang entah untuk ke berapa. Lay mengangguk mengerti. Wajar saja lah, Luhan kan adalah fangirl Shawol.

*Taemin: Eheum,,,*

*Author: Kenapa sekarang giliran eloh sih yang muncul?! Hush….Hush….Hush….”*

 

“Tapi eomma….” Lay menghentikan omongannya bukan karena Taemin asal datang saja, tetapi ia lagi mikir untuk mencari kata yang enak. Seraya menjilat bibirnya yang kering, Luhan tetap setia mendegar lanjutan dari pertanyaan anak ceweknya. “Kalau misalkan aku punya anak cewek…. Kira-kira nama yang bagus siapa ya?” Tanya Lay sembari telunjuknya bermain dengan bibir bawahnya. Luhan hanya tersenyum layaknya emak-emak. *Luhan: Thor, lo kan yang nentuin perannya…*

 

“Gimana kalau namanya ialah…. Oh Sehoon-A….”

 

 

Lay mengeryitkan jidat, nama macam apa itu. Namun biarlah,orang tua akan selalu memberi nama yang terbaik bagi anak-anaknya. “Tapi bu, aku rasanya tidak ingin punya anak perempuan… Emang sih aku suka masak, akan tetapi aku gak jago dalam dandanin anak perempuan…” Ujar Lay.

 

“Yaudah, ibu tak memaksa kok. Kan masih ada Suho. Katanya Suho ingin sekali punya anak perempuan…” Luhan menengokku dan sebaliknya pula. “Jinjja?” Aku sedikit tersenyum ketika Suho bisa ngomong seperti itu. Walau belum punya calon, tapi ia ingin sekali mempunyai momongan.

“Terus, kalau misalkan Jong Dae memiliki seorang adik cowok. Namanya apa bagusnya?” Tanyaku kembali. Kepo amat *Lay: Kalau misalkan gue gak dapet royalti, sudah gue tendang lo dari sini.*

 

“Itu hak kamu dengan Kris. Anak-anak kamu… Lagian ibu hanya ngusulin nama doang kok. Gak terlalu berharap. Kalau kau punya anak kedua, mending kau dan Kris saja yang tentuin namanya…” Luhan memberiku Free-puk-puk dipundak yang tentu saja membuatku bisa tertawa kecil….

 

“Thanks,,,”

 

 

Flashback off

 

At 12.00 a.m

 

“Selamatnya Suho… Kau sekarang udah nikah…” Ucap teman sekelas Suho yang bernama Minho, Suho hanya membalas senyum tipis. Senyum tipis sih, tapi senyumnya itu bisa menyilaukan dunia. Suho dan calon, eh aku sudah resmi dengannya berarti ia adalah istriku dong. Oke, ulang narasinya. Suho membukakan pintu mobil berwarna putih –yang biasanya sering dipakai untuk kawinan para penjabat tinggi—untuk membiarkan istrinya masuk kedalam.

 

“Gomawo…”

 

Tek…

 

“Hmmm… Kyungsoo-a, gimana kau suka dengan hari ini? Kalau misalkan menurutmu jelek aku ak—“ Kyungsoo menyetop omongan gugup dari Suho dengan cara menutupkan mulutnya dengan jari-jarinya yang ramping. “Tidak, ini sudah sempurna kok… Aku bukan tipe cewek yang suka ngelunjak…” Ujar Kyungsoo yang justru membuat Suho kalang kabut. Kalau mau tau kenapa alasannya Suho memilih Kyungsoo karena ia tau sifat Kyungsoo yang sangat kana’ah. Tidak mau menuntut ini-itu, asalkan dirinya bisa setia, itu saja tak lebih.

 

“Ternyata kau adalah orang yang sederhana. Beda dengan cewek-cewek yang di dunia luar yang sudah kutemui…” Senyum polosku menghadap wajahnya, ia lagi-lagi tersenyum. Gak mungkin kami becimuman, ada beberapa faktor. Yang pertama, kami berdua ada di dalam mobil, meski berdua tapi yang nyetir mobilnya siapa, memang ada mahklum gaib yang bisa nyetir mobil? Pasti ada supir lah. Faktor kedua, kami berdua aslinya namja bro, ini  gegara dipaksa sama author kenapa kami harus jadi tokoh maho begini. Biarlah asal author puas saja.

 

*Author: \Datang dari MCK/ Eh, Suho… Kenapa lo yang megang text narasinya?*

*Suho: \Pura-pura bego/ Aduh maaf, ku kira ini teks naskah gue. I am Sorry Miss….*

 

 

+++++

 

*Kyungsoo: Author, ngintip naskahnya bentar dong…\puppy eyes/*

*Author: Etdah, perasaan lo baru muncul kenape daritadi elo yang sering liat teksnya?*

*Sutradara: Oke semunya siap. Camera…*

*Cameraman(Onew): Siap mas*

*sutradara: Rolling…*

*Chanyeol:… Like A Buffalo*

*Baekhyun: Woy Chanyeol! Diem kagak lo! Suara lo ngebass sampe ke air terjun Niagara tau!*

*Sutradara: And…. Action!

 

 

“Kyungsoo-a…” Panggil Suho manja pada istrinya yang sekarang lagi asyik masak-masak di dapur bersama sang mertua dan kakak ipar. “Cih, pergi sana. Hush Hush…. Sudah tau di sini para ladies sedang sibuk goreng ikan!” Padahal yang dipanggil siapa, kenapa malah Lay yang sewot gini?

 

“Ma, kita malam ini masak apaannya?” Tanya Suho pada Luhan. Tapi lagi-lagi Lay lah yang cemberut. “Tadi lo kagak denger apaan kalau tadi gue bilang goreng ikan? HAH!? Pergi sana loh atau tidak nasib lo bakalan sama dengan ikan ini!” Ancam Lay yang mendadak jadi sensi gini dengan adiknya, pake acara nganjung-nganjungin pisau segala lagi. Karena takut bakal digoreng, Suho lebih memilih melangkah jauh dari dapur.

 

Seperi halnya Kris-Lay. Suho dan istrinya bernama Kyungsoo harus tinggal satu atap dengan kedua orang tuanya Suho-Lay. Suho sebenarnya sudah memiliki rumah yang sangat mewah, dan sekarang sedang dikontrakkan. Kalau misalkan dirinya berani keluar dari rumah ini, maka Suho tak dianggap lagi sebagai keluarga.

 

“Aish, kenapa tiba-tiba Lay-noona *Hah, Nonna?*  jadi ngomel-ngomel gini sih?” Curhat Suho meskipun ia tau kalau gak ada satupun orang yang mau mendengarkannya. Ia berjalan tidak tentu arah sampai ia sadar kalau dirinya sekarang berjalan melewati Kris-Xiumin yang khusyuk main catur di halaman belakang.

 

“Suho-ssi, kau kenapa mukanya ngenes gitu? Habis diomelin sama kakaknya sendirnya heheh…” Kris  tau kalau adik iparnya barusan diomelin hanya bisa cengengesan. “Memang, lagian kenapa sih dengan istrimu itu?” Suho yang dari lahir mukanya cerah merona sekarang jadi kusam dan datar sedatar-datarnya.

 

“Kau kagak tau aja kalau kakakmu paling benci jika diganggu saat masak…” Xiumin mengingatkan Suho yang anaknya malah main-main sama ikan-ikan di kolam ikan yang telah tersediakan dari dulu. “Aku lupa. Mianhae… Heheheh” Suho menggeplak jidatnya seraya tawa kecut. “Kenapa kau harus minta maaf di sini. Bukannya ke kakak lo sana…” Dengan wajah datar, Kris menatap Suho dengan nanar. Kenapa? Kasihan juga sih padahal dua hari yang lalu ada hari bahagianya dan sekarang orangnya malah makin plin-plan.

 

 “Nanti sajalah aku minta maaf dengannya. Bisa-bisa aku dijadiin jus kimchi dengannya.” Suho kembali semangat. Begitu dengan bapak dan kakak iparnya.

 

“Semoga kau bisa jadi ayah yang baik, Jun Myun ah…”

 

10 tahun kemudian….

 

CHANYEOL! LIHAT TUH ULAH KAMU, SEKARANG BAEKHYUNA NANGIS KAN GARA-GARA KAMU SEMBUNYIKAN BONEKA BARBIE YA!

 

ADUH, KAI! KAMU GAK BOLEH SAYANG BACA-BACA BUKU GINIAN. BUKU INI BERLAKU UNTUK PRIA DUA-PULUH TAHUN KEATAS. LAGIAN KAMU DAPET INI DARIMANA SIH?

 

CHEN! KAMU JANGAN TERIAK-TERIAK! IBU PUSING DENGAR SUARA TERIAKKAN KAMU, NAK! IBU TAU SUARA KAMU BAGUS, TAPI GAK USAH TERIAK-TERIAK SEGALA KALE

 

BAEKHYUNA! AMPUN SAYANG, KENAPA KAMU HABISIN EYELINER MAMA, NAK? MAMA SAJA PAKENYA SAJA DIKIT-DIKIT.

 

TAO! SUDAH BERAPA KALI KAU SUDAH PECAHIN BINGKAI FOTO KELUARGA KITA. FOTO INI KAN KENANG-KENANGAN MASA LALU AYAH…

 

LIHAT DONG SI SEHUNA, DIA SEKARANG LAGI ASYIK BELAJAR DENGAN NENEK LUHAN DI TAMAN

 

 

TBC